Studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Duke University dan diterbitkan di jurnal PLoS ONE mengungkap bahwa perubahan iklim memicu migrasi vertikal burung. Migrasi tidak terjadi secepat yang diduga, tetapi mengikuti perubahan vegetasi.
"Ini adalah studi pertama untuk mengevaluasi efek pemanasan pada rentang ketinggian burung tropis. Ini menunjukkan bukti adanya respon mereka terhadap burung, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa ada jeda dalam responnya," kata Stuart Pimm, sang peneliti.
Bukti di wilayah subtropis dan sedang, perubahan iklim membuat spesies hewan bergerak ke utara untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah serta kawin lebih awal. Sementara, spesies tumbuhan menyiasati dengan berbunga lebih awal.
"Namun, pemahaman kita tentang respon burung tropis masih minim. Bergerak ke utaratidak membantu, sebab suhu tropis tidak berubah banyak karena lintang. Jadi, gerak ke atas adalah satu-satunya cara," kata German Forero-Medina, mahasiswa doktoral dari Duke University.
Forero-Medina mengungkapkan, memahami apa yang terjadi di wilayah yang lebih tinggi sangat penting. Pasalnya, lebih dari 50 persen spesies buirung yang ada hidup di ketinggian 1 km di atas permukaan laut. Dan, 80 persen diantaranya adalah burung tropis.
Forero-Medina mempelajari data tahun 70an yang diambil oleh John Terborgh, professor di Duke, yang memuat sebaran burung di masa itu. Dari situ, ia berusaha memahami efek pemanasan yang terjadi 40 tahun terakhir pada sebaran burung saat ini.
Dari penelitian, Forero-Medina menjelaskan bahwa meski rentang ketinggian burung sudah naik sejak 40 tahun lalu, namun kenaikannya saat ini tidak setinggi yang diperkirakan berdasarkan kenaikan temperaturnya.
"Ini kabar buruk. Spesies mungkin akan terancam jika mereka bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi agar tetap dingin dan mereka menjauh dari habitatnya. Namun, bertahan di wilayah yang sama, mereka akan punya, tapi habitat yang makin panas," ungkap Pimm seperti dikutip Physorg
Sumber : Pysorg
0 comments:
Posting Komentar