Baling-baling kapal mengeluarkan bunyi dengan jarak frekuensi yang sama dengan frekuensi yang digunakan ikan paus untuk berkomunikasi. Dari studi sebelumnya menunjukkan bahwa ikan paus mengubah pola panggilannya ketika berada di tempat yang bising.
Kebisingan di laut telah mengalami peningkatan drastis pada dekade belakangan ini. Bersamaan dengan pertumbuhan pelayaran global; seorang analisa menunjukkan bahwa Pasifik bagian timur laut sekarang lebih keras 10-12dB dibanding tahun 1960.
Saat ini, para peneliti mencoba mengukur hubungan antara tingkat hormon pemicu stres pada paus dengan kebisingan lingkungannya. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti feses yang dikeluarkan si paus. Hasilnya, ternyata menunjukkan bahwa hormon itu meningkat seiring dengan tumbuhnya kepadatan perkapalan.
Spesies yang diteliti adalah paus Atlantik Utara (Eubalaena glacialis) di Teluk Fandy di Kanada. Spesies ini sendiri berada dalam daftar terancam punah.
Sebelumnya, telah diperkirakan bahwa penurunan pada populasi ini disebabkan oleh perburuan yang dilakukan oleh etnis Basque. Namun, penelitian terbaru menyatakan bahwa terjadi penurunan drastis pada populasi ini tanpa penjelasan yang belum diketahui.
“Studi sebelumnya telah menunjukkan mereka mengubah pola vokalisasi pada lingkungan yang bising sama seperti yang akan kita lakukan pada pesta koktail, namun ini merupakan pertama kalinya stres didokumentasikan secara fisiologis.” ujar Dr Rosalind Rolland dari New England Aquarium di Boston, AS, Rabu (8/2)
Pengumpulan feses terjadi di tahun 2001 ketika periode lalu lintas pelayaran tengah sepi. Dalam kondisi ini, paus tersebut mengalami penurunan level metabolit dari hormon glucocorticoid --hormon yang berkaitan dengan stres. Level ini jauh di bawah saat kondisi pelayaran mulai ramai di musim panas.
(Oleh: Patrisya Sharen. Sumber: BBC News)
0 comments:
Posting Komentar